Segala Informasi, Teknologi, Toturial ada disini...

Sunday 10 June 2018

Pentingnya Mempelajari Ilmu Budaya Dasar Dan Mengamalkannya.

Hasil gambar untuk mengamalkan
Pentingkah kita mempelajari suatu budaya ? Apakah manfaat mempelajari budaya itu sendiri. Mungkin bagi sebagaian orang atau kalangan anak muda jaman sekarang hal itu kurang dipahami. Sebagaian remaja bahkan menganggap bahwa mempelajari budaya itu ketinggalan jaman, kurang uptodate dan lainnya. Namun seperti itukah ? Jawabannya adalah tidak. Budaya merupakan hal yang penting dan harus dipelajari.
Budaya sendiri istilahnya seperti warisan turun-temurun dari nenek moyang. Dengan adanya budaya hidup kita akan lebih tertata. Pada dasarnya budaya dan manusia merupakan dua hal yang saring terikat. Manusia menciptakan budaya dan budaya sendirilah yang mengatur hidup manusia. Sehingga budaya dan manusia adalah dua hal yang saling terikat. Budaya tidak hanya pentng, namun pada dasarnya juga bermanfaat bagi manusia itu sendiri.
Lalu , pentingkah kita mempelajari budaya itu sendiri ? sebelum saya jabarkan pentingnya kita mempelajari suatu budaya, berikut definisi budaya menurut para ahli :
Kata Budaya berasal dari kata buddhayah sebagai bentuk jamak dari buddhi (Sansekerta) yang berarti “akal” (Koentjaningrat, 1974: 80)
1.    Parsudi Suparlan
    Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk social, yang digunakan untukmenginterpretasi dan memahami lingkungan yang dihadapi dan untuk menciptakan serta mendorong terwujudnya kelakuan (1981/1982;3)
2.   Menurut  Prof. Mr M.M Djojodigoeno
Kebudayaan atau budaya adalah daya dari budi, yang berupa cipta, rasa, dan karsa.
Cipta  :  Ilmu pengetahuan, yang bersumber dari pengalaman lahir dan batin.           
Karsa :  Norma – norma keagamaan atau kepercayaan, yang bersumber dari “sangkan (lahir) dan paran (mati)”.
Rasa  : Norma keindahan yang menghasilkan kesenian, yang bersumber dari keindahan dan menolak keburukan atau kejelekan.
3.   E.B Tylor (1871)
     Kebudayaan adalah kompleks yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat istiadat dan kemampuan kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
4.    Selo Sumarjan dan Soelaeman Soemardi
Kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
5.    Sultan Takdir Alisyahbana
Kebudayaan adalah manifestasi dari cara berfikir.
6.    Koentjaraningrat
Kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekerti.
7.    C.A. Van Peursen
Kebudayaan diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang , dan kehidupan setiap kelompok orang-orang berlainan dengan hewan-hewan, maka manusia tidak hidup begitu saja ditengah alam, melainkan selalu mengubah alam.
8.    Kroeber dan Klukhon
    Kebudayaan terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran , perasaan, dan reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan oleh symbol-simbol yang menyusun pencapaiaannya secara tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk didalamnya perwujudan benda-benda materi, pusat esensi kebudayaan terdiri atas tradisi dan cita-cita atau paham, dan terutama keterkaitan terhadap nilai-nilai.
Jadi, Ilmu Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
       Jadi, Ilmu Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
        Dari definisi yang telah dijabarkan oleh para ahli tersebut, kita jadi lebih mengetahui tentang budaya itu sendiri. Ilmu budaya dasar sendiri memiliki banyak konsep-konsep yang mengatur hidup manusia tersebut.  Kemudian budaya tersebut dikembangkan untuk kepentingan manusia juga. Berikut adalah pendapat dari saya tentang beberapa hal yang membuat Ilmu Budaya Dasar menjadi penting bagi kita semua.
1.    Dengan IBD, kita akan menyadari budaya kita sendiri
Kadangkala, kita merasa bahwa budaya ketinggalan jaman. Karena hal itulah kita perlahan melupakan budaya yang melekat pada diri kita. Sebagai contoh, ada seorang anak jawa yang sudah lama tinggal di Ibukota. Otomatis, secara tidak langsung dia akan terbawa oleh budaya globalisasi. Ketika seorang bertanya , darimanakah anda ? Jawa. Apakah anda tahu bagaimana budaya jawa ? maka jawaban untuk pertanyaan kedua itu mungkin anak tersebut tidak dapat menjawabnya. Maka dari itulah, dimanapun anda, jangan pernah melupakan budaya yang telah melepat pada diri masing-masing. 
2.    Kita akan menghargai Budaya yang lain
Banyak yang tidak menghargai budaya . Karena Mindset sebagaian orang  mengatakan bahwa “ Budaya Ketinggalan Jaman” maka dia mulai menyepelekan budaya dari orang lain. Mereka cenderung cuek dengan orang lain. Seperti missal ketika budaya jawa mengharuskan orang bepenampilan rapih, namun ketika kita berhadapan dengan oprang yang terbawa arus globalisasi maka pasti akan dikatakan “ kamu norak banget sih” . banyak yang terjadi di sekeliling kita seperti ini dikarenakan kita  tidak mempelajari budaya. Hal ini menyebabkan kita menyepelekan budaya lain.
3.    Memperluas pemikiran
Mungkin kita bertanya , Budaya akan memperluas pemikiran ? Ya benar. Dengan mempelajari budaya kita . kita akan menjadi tahu bagaimana kebudayaan antara jawa dan sumatera, Kalimantan dengan bali, serta kebudayaan lainnya. Serta bagaimana karateristik masing-masing budaya tersebut.
4.    Agar kita bisa beradaptasi
Dengan adanya budaya kita menjadi bisa beradapytasi. Selamanya, kita tidak akan berkumpul dengan orang jawa terus, atau orang sunda terus. Kita akan dihadapkan kenyataan bahwa kita akan berkumpul dengan berbagai macam budaya.. dengan mempelajari budaya, kita akan mempelajari karateristik dari budaya masing-masing.


Sumber :   http://anugrahdwis.blogspot.co.id/2015/03/pentingnya-ilmu-budaya-dasar.html
Read More

Penyebab Budaya Indonesia Kebarat - Baratan (Menyimpang)

Hasil gambar untuk Budaya Barat
1. Kurangnya Penjagaan yang ketat di wilayah gerbang Indonesia
Dalam gerbang wilayah Indonesia, sepertinya kurang adanya badan seleksi khusus yang bisa menyeleksi budaya-budaya asing negatif yang masuk ke Indonesia. Seperti masih banyaknya gambar serta video porno yang didatangkan dari luar.
2. Lifestyle yang berkiblat pada barat
Saat ini banyak masyarakat Indonesia yang meniru gaya hidup atau lifestyle orang-orang bule atau lebih berkiblat kebarat-baratan, yakni melakukan sex bebas, berpakaian mini, gaya hidup bebas tanpa ikatan atau biasa sering kita sebut dengan kumpul kebo. Istilah ini digunakan kepada pasangan yang bukan muhrimnya tetapi tinggal seatap tidak dalam tali pernikahan.
Di Indonesia gaya hidup ini tidak dibenarkan karena menyalahi beberapa norma yakni norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan. Sanksi yang diberikan bagi yang melanggar juga cukup berat terutama pada lingkungan sekitarnya. Orang-orang yang melakukan “kumpul kebo” atau tinggal serumah tanpa ikatan pernikahan ini akan dipandang kurang pantas oleh warga sekitar. Sanksi yang diberikan masyarakat tidak berat tetapi cukup menyakitkan karena bisa-bisa akan mengucilkan orang yang melakukan kegiatan ini.
3. Menyalagunakan Tekhnologi
Seperti sempat kita bahas diatas bahwa pemanfaatan tekhnologi yang salah dapat mempermudah arus budaya asinya negatif yang masuk. Seperti Internet sekarang ini internet banyak disalahgunakan untuk hal-hal negatif, seperti ada situs porno, melakukan hal penipuan, dll. Orang-orang menyalahgunakan pemanfaatan tekhnologi ini denga cara yang tidak benar. Orang-orang bisa mengakses dengan mudah situs-situs porno yang mereka inginkan. Hal ini membawa dampak buruk bagi yang menikmatinya.
Cara Mengantisipasi Budaya Asing Negatif  Yang Masuk Ke Indonesia
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki martabat serta harga diri bangsa yang tinggi sehingga jangan sampai bangsa ini rusak hanya karena pengaruh-pengaruh negatif dari pihak asing yang ingin menghancurkan mental generasi penerus bangsa kita. Ada beberapa tindakan antisipasi yang perlu dilakukan oleh generasi muda terhadap pengaruh asing yang sifatnya negatif diantaranya :
1. Bersikap kritis dan teliti
Sebagai penerus bangsa,kita harus bersikap kritis dan teliti terhadap hal-hal yang baru didatangkan dari luar, bagaimana kita bisa memfilter apakah hal ini bisa membawa dampak baik atau buruk bagi kita. Bersikaplah kritis terhadap sesuatu yang baru, banyak bertanya pada orang-orang yang berkompeten dibidangnya dan teliti apakah inovasi tersebut bisa sesuai dengan iklim indonesia dan pastikan tidak melanggar norma-norma yang berlaku di Indonesia.
2. Perluas Ilmu pengetahuan (IPTEK)
Sebelum budaya asing itu masuk sebaiknya kita telah mengetahui apa inovasi- inovasi yang masuk itu secara jelas dan rinci. Kita bisa mengetahui keguanaan hal itu secara keilmuannya, seperti situs jaringan facebook. Facebook saat ini sedang menjamur dikalangan masyarakat, dari berbagai usia semua menggunakan situs ini untuk menjalin tali silaturahmi yang telah lama terputus. Tetapi ada beberapa orang yang menyalahgunakan facebook sebagai ajang caci maki dan hina dina. Jika kita mengetahui fungsi awal facebook itu sendiri adalah untuk menjalin tali silaturahmi, kita tidak akan menyalahgunakan situs ini untuk berbuat yang tidak-tidak. Sehingga kita harus mengetahui terlebih dahulu fungsinya untuk apa dan manfaatnya seperti apa.
3. Harus sesuai dengan Norma-norma yang berlaku di Indonesia
Pengaruh budaya asing yang masuk terkadang tidak sesuai dengan noram-norma yang berlaku di Indonesia. Jika kita menyaksikan film-film luar, mereka menganut gaya hidup yang bebas dan jika diterapkan disini melanggar beberapa norma yang ada di Indonesia. Misalnya saja berciuman dimuka umum. Kita sering menyaksikan film-film barat yang melakukan adegan-adegan mesra di muka umum, hal itu tidak bisa diterapkan di Indonesia karena melanggar norma kesopanan. Biasanya di film-film barat, wanitanya berpesta dengan menggunakan pakaian mini sambil bermabuk-mabukan jika hal itu diterapkan di Indonesia, adat seperti itu tetntu tidak sesuai jika kita terapkan di Indonesia.
Indonesia masih memegang adat ketimuran yang sangat kental sehingga masyarakat di sini hidup dengan aturan-aturan yang berlaku dan tentunya pantas sesuai dengan adat kesopanan. Walaupun Indonesia memiliki beriburibu pulau tetapi adat istiadat mereka selalu mengajarkan kebaikan dan tidak menganjurkan perbuatan buruk untuk dilakukan.
4. Tanamkan “Aku Cinta Indonesia”
Maksud dari simbol ini adalah bahwa adat istiadat yang ditularkan oleh nenek moyang kita adalah benar adanya dan dapat membawa manfaat yang baik bagi diri kita sendiri untuk masa kini dan kedepannya. Sehingga kita tidak mudah terbawa arus budaya asing yang membawa kita kepada dampak yang negative
5. Meningkatkan Keimanan dan ketakwaan
Seperti telah kita bahas bahwa agama merupakan pondasi utama dalam diri yang bisa mengontrol diri kita kepada hawa napsu yang akan mengganggu kita kedalam jurang kenistaan. Agama sangat penting bagi kelangsungan umatnya. Apabila sesorang sudah terbawa kedalam kesesatan, agamalah yang menjadi penolong umatnya agar berubah kembali menjadi lebih baik.
Generasi muda yang pintar pasti bisa memilih mana sesuatu yang baik bagi dirinya mana yang tidak baik bagi dirinya. Terlihat didalam lingkungan sosialnya, keika ia terjun didalam lingkungan sosialnya ia menjadi individu yang bebas dan hanya dia yang bisa memilih ia ingin bergaul dengan siapa. Pribadi yang supel akan bisa membawa dirinya kepada siapa saja tetapi perlu diingat menyeleksi teman itu harus, karena pengaruh negatif dari pihak asing bisa datang dari siapa saja, baik dari teman, tekhnologi canggih ataupun apa saja . Sehingga kita sebagai orang timur wajib menjunjung tinggi norma dan adat ketimuran kita.

Sumber : https://nilam12.wordpress.com/2012/08/29/faktor-faktor-penyebab-budaya-asing-masuk-ke-indones/

Read More

Tiga Adat Istiadat Budaya Bali, Bromo dan Madura


            1. Upacara ngaben dan makepung di bali
Hasil gambar untuk Ngaben Bali
Ngaben merupakan salah satu upacara yang dilakukan oleh Umat Hindu di Bali yang tergolong upacara Pitra Yadnya (upacara yang ditunjukkan kepada Leluhur).
Bentuk – Bentuk Ngaben   

Sawa Wedana adalah upacara ngaben dengan melibatkan jenazah yang masih utuh (tanpa dikubur terlebih dahulu) . Biasanya upacara ini dilaksanakan dalam kurun waktu 3-7 hari terhitung dari hari meninggalnya orang tersebut. Pengecualian biasa terjadi pada upacara dengan skala Utama, yang persiapannya bisa berlangsung hingga sebulan. Sementara pihak keluarga mempersiapkan segala sesuatu untuk upacara maka jenazah akan diletakkan di balai adat yang ada di masing-masing rumah dengan pemberian ramuan tertentu untuk memperlambat pembusukan jenazah. Dewasa ini pemberian ramuan sering digantikan dengan penggunaan formalin. Selama jenazah masih ditaruh di balai adat, pihak keluarga masih memperlakukan jenazahnya seperti selayaknya masih hidup, seperti membawakan kopi, memberi makan disamping jenazah, membawakan handuk dan pakaian, dll sebab sebelum diadakan upacara yang disebut Papegatan maka yang bersangkutan dianggap hanya tidur dan masih berada dilingkungan keluarganya.

Asti Wedana adalah upacara ngaben yang melibatkan kerangka jenazah yang pernah dikubur. Upacara ini disertai dengan upacara ngagah, yaitu upacara menggali kembali kuburan dari orang yang bersangkutan untuk kemudian mengupacarai tulang belulang yang tersisa. Hal ini dilakukan sesuai tradisi dan aturan desa setempat, misalnya ada upacara tertentu di mana masyarakat desa tidak diperkenankan melaksanakan upacara kematian dan upacara pernikahan maka jenazah akan dikuburkan di kuburan setempat yang disebut dengan upacara Makingsan ring Pertiwi ( Menitipkan di Ibu Pertiwi).

Swasta adalah upacara ngaben tanpa memperlibatkan jenazah maupun kerangka mayat, hal ini biasanya dilakukan karena beberapa hal, seperti : meninggal di luar negeri atau tempat jauh, jenazah tidak ditemukan, dll. Pada upacara ini jenazah biasanya disimbolkan dengan kayu cendana (pengawak) yang dilukis dan diisi aksara magis sebagai badan kasar dari atma orang yang bersangkutan.
Tujuan Upacara Ngaben

Dengan membakar jenazah maupun simbolisnya kemudian menghanyutkan abu ke sungai, atau laut memiliki makna untuk melepaskan Sang Atma (roh) dari belenggu keduniawian sehingga dapat dengan mudah bersatu dengan Tuhan (Mokshatam Atmanam).

Membakar jenazah juga merupakan suatu rangkaian upacara untuk mengembalikan segala unsur Panca Maha Bhuta (5 unsur pembangun badan kasar manusia) kepada asalnya masing-masing agar tidak menghalangi perjalan Atma ke Sunia Loka Bagian Panca Maha Bhuta yaitu : a. Pertiwi : unsur padat yang membentuk tulang, daging, kuku, dll b. Apah: unsur cair yang membentuk darah, air liur, air mata, dll c. Bayu : unsur udara yang membentuk napas. d. Teja : unsur panas yang membentuk suhu tubuh. e. Akasa : unsur ether yang membentuk rongga dalam tubuh.

Bagi pihak keluarga, upacara ini merupakan simbolisasi bahwa pihak keluarga telah ikhlas, dan merelakan kepergian yang bersangkutan.
2. Upacara Kasada Bromo


Gambar terkait
Hari Raya Yadya Kasada adalah sebuah hari upacara sesembahan berupa persembahan sesajen kepada Sang Hyang Widhi. Setiap bulan Kasada hari-14 dalam Penanggalan Jawa diadakan upacara sesembahan atau sesajen untuk Sang Hyang Widhi dan para leluhur, kisah Rara Anteng (Putri Raja Majapahit) dan Jaka Seger (Putra Brahmana) "asal mula suku Tengger di ambil dari nama belakang keduanya", pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, yang mempunyai arti “Penguasa Tengger yang Budiman”. Mereka tidak di karunia anak sehingga mereka melakukan semedi atau bertapa kepada Sang Hyang Widhi, tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo.
Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri orangtua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita kawah Gunung Bromo menyemburkan api.
Kesuma, anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api dan masuk ke kawah Bromo, bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib, "Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orangtua kita dan Sang Hyang Widhi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Sang Hyang Widhi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji kepada Sang Hyang Widhi di kawah Gunung Bromo". Kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo.
Sebagai pemeluk agama Hindu, Suku Tengger tidak seperti pemeluk agama Hindu pada umumnya, memiliki candi-candi sebagai tempat peribadatan, namun bila melakukan peribadatan bertempat di punden, danyang dan poten.
3. Upacara Karapaan Sapi Di Madura
Karapan sapi merupakan istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh detik sampai satu menit. Beberapa kota di Madura menyelenggarakan karapan sapi pada bulan Agustus dan September setiap tahun, dengan pertandingan final pada akhir September atau Oktober di eks Kota Karesidenan, Pamekasan untuk memperebutkan Piala Bergilir Presiden.

Read More

Tujuan Mempelajari Ilmu Budaya Dasar



Secara sederhana Ilmu Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.

Istilah Ilmu Budaya Dasar dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti istilah Basic Humanitiesm    yang berasal dari The Humanities dalam bahasa Inggris yang merupakan serapan dari bahasa latin Humanus yang berarti manusia, budaya, dan halus. Jadi bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya.

Prof. Dr. Harsya Bachtiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu:
1.    Ilmu-ilmu alamiah (natural science)
Ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk pengkajiannya digunakan metode ilmiah dengan cara menentukan hokum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu kualitas lalu digeneralisasikan.

2.    Ilmu-ilmu social  (social science)
Ilmu-ilmu social bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antar manusia. Untuk pengkajiannya digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah.

3.    Pengetahuan budaya (the humanities)
Pengetahuan budaya untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk pengkajiannya digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan pernyataan-pernyataan yang bersifat unik kemudian diberi arti. Metode ini tidak ada kaitannya dengan metode ilmiah, hanya mungkin ada pengaruh dari metode ilmiah

Untuk bisa menjangkau tujuan bahwa semata-mata sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya maupun yang menyangkut dirinya sendiri, maka Ilmu Budaya Dasar diharapkan dapat:

1. Mengusahakan penajaman kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka  
    lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk kepentingan profesi 
    mereka.
2. Memberi kesempatan pada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah 
    kemanusiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan 
    yang menyangkut kedua hal tersebut
3. Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai calon pemimpin bangsa dan negara serta ahli dalam  
    bidang disiplin masing-masing, tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotakan 
    disiplin yang ketat. Usaha ini terjadi karena ruang lingkup pendidikan kita amat sempit dan 
    condong membuat manusia spesialis yang berpandangan kurang luas
4. Mengusahakan wahana komunikasi para akademisi agar mereka lebih mampu berdialog satu sama 
    lain. Dengan memiliki satu bekal yang sama, para akademisi diharapkan akan lebih lancar dalam 
    berkomunikasi.

Dua masalah pokok yang bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah Ilmu Budaya Dasar adalah:
1. Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan 
    budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya. Baik dari segi masing-
    masing keahlian dalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan berbagai disiplin dalam 
    pengetahuan budaya.
2. Hakekat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya 
    dalam kebudayaan masing-masing jaman dan tempat. Dalam melihat dan menghadapi lingkungan 
    alam, sosial dan budaya, manusia tidak hanya mewujudkan kesamaan-kesamaan, akan tetapi juga 
    ketidak seragaman yang diungkapkan secara tidak seragam sebagaimana yang terlihat ekspresinya 
    dalam berbagai bentuk dan corak ungkapan, pikiran, dan perasaan, tingkah laku, dan hasil 
    kelakuan mereka.

Pokok bahasan yang dikembangkan dalam Ilmu Budaya Dasar adalah:
1.    Manusia dan cinta kasih
2.    Manusia dan keindahan
3.    Manusia dan penderitaan
4.    Manusia dan keadilan
5.    Manusia dan pandangan hidup
6.    Manusia dan tanggung jawab serta pengabdian
7.    Manusia dan kegelisahan
8.    Manusia dan harapan

Menurut saya, ilmu budaya bukanlah sebatas mempelajari hal-hal cultural atau hal-hal kedaerahan yang memiliki suatu adat atau tradisi yang menjadi budaya secara turun temurun yang harus dilestarikan karena kecirikhasannya. Lebih dari itu, ilmu budaya mengeksplorasi lebih jauh mengenai manusia dan emosinya, kecerdasannya, dan juga egoismenya. ilmu ini sangat bermanfaat karena manusia sering meninggikan ilmu-ilmu eksak dan merendahkan hal-hal berbau emosional padahal kenyataannya kedua hal ini berjalan beriringan. Semua ilmu itu sama tergantung dari bagaimana cara manusia memandang suatu ilmu dan mempelajarinya.

Sumber :  https://tokeklincah.wordpress.com/2012/03/12/reserved/

Read More