ILMU SOSIAL DASAR
“INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT”
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang diberikan oleh ibu Meti
Nurhayati.
Tugas makalah yang berisi tentang “INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT” yang
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas di Universitas Gunadarma.
Mengingat keterbatasan,
pengetahuan, kemampuan, pengalaman dan waktu dari penulis, maka penulis
menyadari bahwa tugas
makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Dengan
segala kerendahan hati, penulis memohon maaf jika terdapat kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan tugas makalah ini. Semoga tugas makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Jakarta,
November, 2017.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
..............................................................................................
ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
………………………………………………….............. 4
1.2 Rumusan Masalah
..................................................................................... 5
1.3 Tujuan ………………………………………………………………..… 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Yang
sering terjadi dalam diri seseorang yang gagal dalam
membentuk karakternya dengan baik
………………………….……….…. 6
2.2 Cara mengatasi kegagalan seseorang dalam membentuk
karakternya
dengan baik …………………………………………………... 9
2.3 Peranan,tujuan, dan fungsi adanya keluarga
……………………………… 10
2.4 Jika
masalah sosial terjadi di lingkungan keluarga, dampaknya bagi
seorang anak yaitu dalam pihak individu ………………………………….
11
2.5 Hal
yang menyimpang dalam kehidupan masyarakat yang menyebabkan
konflik antar anggota masyarakat
……………………………………........ 12
2.6 Hubungan
antara Individu, Keluarga dan Masyarakat …………………… 14
BAB III KESIMPULAN
2.1 Kesimpulan .................................................................................................
15
2.2 Saran
...........................................................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA
.................................................................................................
16
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Individu
merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat. Dalam ilmu sosial, individu
berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah
lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Dalam individu dapat dibentuk sebuah
keluarga. Sebagai contoh, suatu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ayah
merupakan individu dalam kelompok sosial tersebut, yang sudah tidak dapat
dibagi lagi ke dalam satuan yang lebih kecil.
Keluarga
sendiri adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan. Individu yang saling bergabung akan
membentuk kelompok atau masyarakat.
Masyarakat
adalah Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah
sekelompok orang yang
membentuk sebuah sistem semi
tertutup (atau semi terbuka), di mana sebagian besar interaksi adalah antara
individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata
"masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak.
Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan
antar entitas-entitas.
Masyarakat adalah sebuah komunitas yang
interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat
digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu
komunitas yang teratur.
Masyarakat
sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam
bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial
mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu,
masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam,
dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban.
Sebagian pakar menganggap
masyarakat industri dan
pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat
agrikultural tradisional.
Masyarakat
dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan
kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom,
dan masyarakat negara.
Kata society berasal
dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan
dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman,
sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit,
kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan
kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1.2.1 Apa
saja yang sering terjadi dalam diri seseorang yang gagal dalam membentuk
karakternya dengan baik?
1.2.2 Bagaimana
cara mengatasi kegagalan seseorang dalam membentuk karakternya dengan baik?
1.2.3 Apa
peranan,tujuan, dan fungsi adanya keluarga?
1.2.4 Apa
dampak bagi individu yaitu anak, jika masalah sosial terjadi dalam keluarga?
1.2.5 Apa
saja hal yang menyimpang dalam kehidupan masyarakat yang menyebabkan konflik
antar anggota masyarakat?
1.2.6 Apa
hubungan antara individu,keluarga,dan masyarakat?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui yang sering terjadi
dalam diri seseorang yang gagal dalam membentuk karakternya dengan baik.
1.3.2 Untuk mengetahui cara mengatasi kegagalan
seseorang dalam membentuk karakternya dengan baik.
1.3.3 Untuk mengetahui peranan,tujuan,
dan fungsi adanya keluarga.
1.3.4 Untuk mengetahui dampak bagi
individu yaitu anak, jika masalah sosial terjadi dalam keluarga
1.3.5 Untuk mengetahui hal yang
menyimpang dalam kehidupan masyarakat yang menyebabkan konflik antar anggota
masyarakat.
1.3.6 Untuk mengetahui hubungan antara individu,
keluarga dan masyarakat.
BAB
II
PEMBAHASAN
22.1 Yang sering
terjadi dalam diri seseorang yang gagal dalam membentuk karakternya dengan baik
Tidak masalah saat kita sesekali
menyendiri untuk menenangkan hati dari kemelut yang terjadi. Akan tetapi,
manusia semakin banyak menyendiri maka semakin tumpul otaknya terutama pada
bagian kecerdasan emosional. Semakin buruk kemampuan seseorang untuk
mengendalikan emosinya maka semakin buruk pula pergaulannya dengan sesama.
Keadaan ini cenderung membuat seseorang selalu merasa tidak nyaman dengan
keberadaan orang lain sehingga cenderung menjadi pribadi yang anti sosial dan
dekat sekali dengan perbuatan menyimpang.
Berikut
ini beberapa sikap individualis yang berbahaya.
2.1 Jika masalah sosial terjadi di lingkungan keluarga, dampaknya bagi seorang anak yaitu dalam pihak individu
2.1.1
Menjadi egois, mementingkan diri sendiri.
Satu kata untuk orang yang sangat mempertahankan sifat individualistik
dalam kehidupannya adalah mereka hanya peduli dengan dirinya sendiri. Dialah
yang menjadi pusat dari segala sesuatu. Apapun yang dikatakan dan diperbuat
olehnya semua demi keuntungan seorang diri saja. Mereka tidak lagi peduli
dengan kebutuhan sesama bahkan memandang rendah kebutuhan itu (Hak asasi
manusia) di atas semua keinginannya.
2.1.2
Suka bermanja ria.
Sikap manja yang kami maksudkan disini adalah hasrat yang mengharapkan
bahwa segala sesuatu yang terjadi harus sesuai dengan keinginanannya. Orang
yang manja biasanya tidak mau memaksa/ menekan dirinya sendiri untuk meraih
kemandiriaan bahkan kedewasaan. Kelak mereka baru tahu rasa ketika orang lain
yang mendesak dan menekan mereka untuk menjadi pribadi yang lebih bertanggung
jawab, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.
2.1.3
Mendewakan kenyamanan.
Lebih
mengehendaki kenyamanan ketimbang manfaat dari semua hal yang dialami. Terlalu
fokus pada kenyamanan dan sangat menuntut hal ini. Menuntut agar orang lain
memperlakukannya dengan baik tetapi ia sendiri tidak pernah berlaku baik bagi
sesama. Ia cenderung mengabaikan bahkan mengorbankan hal-hal yang sebetulnya
bermanfaat semata-mata demi rasa nyaman.
2.1.4
Kebaikan hati minus.
Ia merasa sudah
menjadi orang yang baik padahal belum berbuat apapun untuk orang lain bahkan
keramahan saja tidak pernah diekspresikan dari dalam dirinya (senyumpun tidak).
Mereka adalah tipe orang yang pelit sebab memiliki banyak tetapi tidak pernah
sedikitpun dibagikan. Orang yang sederhana dan tidak punya apa-apa sehingga
tidak bisa memberi kepada orang lain bukan berarti dia pelit. Tetapi
setidaknya, kesopanan, kesantunan dan keramahannya keluar dengan tulus:
bukankah ini termasuk pemberian juga?
2.1.5
Tidak mau (enggan) bergaul dengan orang-orang sekitar.
Mereka tidak mau
bergaul karena ingin cari aman dalam kehidupan ini. Sebab dimana ada hubungan
sosial maka disana jugalah terdapat berbagai kekhilafan yang mengganggu
kehidupannya. Bagi mereka bergaul dengan sesama mempertinggi/ meningkatkan
resiko di bully, dihina, diejek orang lain.
2.1.6
Tidak peduli dengan keberadaan orang lain dan tidak peduli
dengan perasaan orang lain.
Para psikopat
tidak mampu mengerti perasaan orang lain. Mereka akan bertindak sesuka hatinya
sekalipun hal tersebut membuat sesamanya tersakiti. Bahkan bisa dikatakan bahwa
kadang-kadang perkataan mereka yang keras mencerminkan perilaku “orang yang
tidak punya perasaan.” Mereka lebih fokus pada dirinya sendiri dalam segala
situasi bahkan bila perlu kepentingannya diatas segalanya dibandingkan dengan
kebutuhan (hak) orang lain.
2.1.7
Memiliki sikap sombong.
Biasanya orang yang hanya mengenal dirinya akan terjebak dalam sikap
yang sombong. Mereka cenderung merasa diri paling dan paling dalam
bidang-bidanya yang digeluti. Enggan menerima saran apalagi kritik dari orang
lain dan kata-katanya selalu bertujuan untuk merendahkan sesama. Ia merasa
nyaman dengan pujian karena itulah yang salama ini diinginkannya.
2.1.8
Merasa diri sudah dan paling benar terkesan perfeksionis.
Selalu saja
menuntut agar segala sesuatunya sempurna dan tidak mentolerir kekhilafan orang
lain. Dia cenderung merasa bahwa apa yang dikerjakannya untuk sistem sudah
benar. Enggan untuk menerima saran, dikoreksi apalagi dikritik oleh orang lain.
Mudah sekali tidak setuju pada situasi hanya karena hal-hal sepele. Menganggap
bahwa kesempurnaan adalah segalanya dan itu sudah ada di dalam dirinya, padahal
hanya perasaannya saja.
2.1.9
Mudah terpancing emosi.
Pergaulan yang
jarang (rendah) membuatnya tidak mampu memahami perbedaan antara manusia. Tidak
mampu memandang suatu keadaan dari sudut pandang positif (persepsi iman yang
positif). Cenderung terburu-buru dalam mengambil sikap sehingga membuat
seseorang kehilangan dirinya bahkan kemarahannya akan mencapai puncaknya.
2.1.10
Melakukan perbuatan menyimpang.
Karena amarah
yang meluap-luap dari dalam hatinya maka sikap yang salahpun akan dianggap
sebagai sesuatu yang lumrah. Mereka akan bergerak dalam kebencian, dendam,
amarah dan kekerasan. Sifat semacam inilah yang menjadi dasar penyimpangan yang
dilakukannya. Karena menganggap diri paling benar maka ia cenderung membatasi
diri untuk bergaul bahkan membenci pergaulan dengan orang lain (anti sosial).
2.1.11
Enggan menyetujui ujian sosial.
Tidak menyetujui
gangguan kecil yang terjadi disekitarnya dan menganggap itu sebagai perbuatan
yang melanggar hak-haknya secara pribadi. Orang ini tidak mengerti bahwa cobaan
hidup akan membentuk kita menjadi pribadi yang lebih tangguh dan bebas dari
segala busuk hati (pikiran negatif). Mereka begitu mendewakan kenyamanan
sehingga bertindak lebay pada hal-hal yang sebenarnya recehan.
2.1.12
Kurang mampu bekerja sama.
Ini adalah ciri
khas dari sikap individualis. Saat seseorang hanya mengerti dirinya sendiri dan
tidak paham dengan perasaan orang lain maka mereka akan cenderung melakukan
hal-hal yang menyinggung perasaan sesama. Kebiasaannya yang enggan menerima
saran dari orang lain membuatnya sulit diajak bekerja dalam kelompok karena
sudah merasa melakukan hal yang benar. Padahal apa yang dikerjakannya
semata-mata demi kepentingan pribadi dan bukan untuk kepentingan kelompok.
2.1.12
Menolak kesetaraan.
Manusia yang
lebih mementingkan urusannya sendiri sangat anti dengan kesetaraan. Ia merasa
hebat sendiri dan berhak untuk diperlakukan sebagai oranga-orang hebat padahal
apalah artinya seorang produsen tanpa konsumen? Misalnya anda sedang membuat
kue, setelah masak langsung menjualnya. Lalu apakah kue-kue anda akan
menghasilkan uang jikalau tidak ada konsumen? Demikian juga konsumen tidak akan
merasakan kenyangnya perut setelah mengkonsumsi kue tersebut jikalau tidak ada
produsen. Oleh karena itu, kesetaraan adalah mutlak dan orang yang mementingkan
dirinya sendiri cenderung menolak paham ini dan ingin hidupnya lebih tinggi/
lebih hebat dari sesamanya.
2.1.13
Mempercepat kerusakan lingkungan.
Sikap
individualis yang cenderung mengehendaki segala sesuatu sebagai milik pribadi
adalah awal dari kerusakan lingkungan. Sebab barang/ benda/ properti yang
melibatkan banyak sumber daya dalam pembuatannya akan dimiliki secara pribadi.
Coba bayangkan jikalau masing-masing manusia yang jumlahnya miliaran memiliki
mobil, rumah dan fasilitas pribadi yang mewah lainnya. Bukankah ini akan
menjadi awal dari eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Jika hal ini
terus dibiarkan maka pemanasan global akan terus berlangsung yang diikuti oleh
bencana demi bencana yang menyebabkan kerugian dan memakan korban jiwa.
2.2 Cara
mengatasi kegagalan seseorang dalam membentuk karakternya dengan baik.
2.2.1
Anggaplah
kegagalan adalah pendorong
Wiliam Boty mengatakan:“Yang terpenting di dunia ini bukanlah
mengumpulkan keuntungan-keuntungan. Ini mudah saja. Yang penting apakah
keuntungan dari kegagalan yang kita derita. Ini memerlukan kecerdasan dan
disinilah letak perbedaan antara yang cerdas dan yang bodoh”.
Setiap kegagalan
yang menimpa seseorang maka mau tidak mau manusia itu dipaksa untuk berpikir.
Tinggal kita mampu atau tidak menarik kemanfaatan dari gagalnya usaha kita itu.
Orang-orang besar
yang terkenal bukanlah tidak mengalami kegagalan. Tetapi mereka menjadi besar
karena setiap saat jatuh bangun berkali-kali. Karena menganggap bahwa kegagalan
itu sebuah pendorong maka
secepatnyamereka bangkit dari jatuhnya lalu berlari mengejar waktu.
Dan berprinsiplah bahwa
kegagalan itu merupakan peristiwa yang memalukan. Hal ini bukanlah berarti bila
gagal lantas malu kepada orang lain. Akan tetapi bila mengalami kegagalan
malulah pada diri sendiri. Kalau sudah demikian tentu dalam hati kita niat
untuk mendorong diri kita sendiri. “Aku harus berhasil. Akan
kutunjukkan siapa diriku yang sebenarnya.” Bangkitkan perasaan
keinginan diri untuk menjadi berhasil. Kalahkan semua rintangan.
Kita harus percaya
bahwa setiap persoalan itu pasti ada jalan keluarnya. Karena semua itu sudah
menjadi hukum alam yang tidak boleh ditentang. Bila hari ini mengalami
kegagalan pasti hari esok kita menjumpai keberhasilan, bila kita mau merubah
posisi semula.
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan,”
2.2.2
Bangkit dan
mencoba lagi
Apabila mengalami kegagalan, maka orang
sering mengeluh, bahwa semua adalah nasib, semuanya adalah takdir
dari Tuhan. Orang-orang seperti inilah yang dapat digolongkan dengan
manusia yang berjiwa lemah. Mereka hanya bisa menyesal, dan penyesalan tak ada
ujungnya sama sekali. Mereka mengeluh tapi tanpa usaha. Bukankah Allah telah
berfirman bahwa Allah tak akan merubah nasib suatu kaum apabila kaum
itu tidak mau merubah sendiri.
Kegagalan tetap saja
akan menghiasi hidup kita, apabila kita tetap meratapi nasib, tanpa melangkah
untuk berusaha setapak pun. Oleh sebab itu hendaklah kita bersabar, berusaha,
serta berdoa kepada-Nya. Selain itu, kita harus menanamkan tekad di dalam diri
kita untuk bangkit dan mencoba terus
mencoba lagi.
2.2.3
Berusahalah menekan kegagalan sekecil mungkin
Apabila
kita mau melakukan suatu rencana maka yang perlu kita perhatikan adalah harus
membuat gagasan dahulu. Jika ternyata dengan gagasan itu kita masih tidak
berhasil, maka rubahlah dengan cara yang lain. Jika masih gagal lagi, dan
ternyata kita tidak mampu bertindak, jalan terbaik adalah meminta pertolongan orang lain.
2.3 Peranan,tujuan, dan
fungsi adanya keluarga
2.3.1 Peranan
Peranan
keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi
dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok
dan masyarakat.
Berbagai
peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1. Ayah
sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Ibu
sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Anak-anak
melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik
fisik, mental, sosial, dan spiritual.
2.3.2
Tugas
Pada dasarnya tugas keluarga ada
delapan tugas pokok sebagai berikut:
·
Pemeliharaan fisik keluarga dan para
anggotanya.
·
Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada
dalam keluarga.
·
Pembagian tugas masing-masing anggotanya
sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
·
Sosialisasi antar
anggota keluarga.
·
Pengaturan jumlah anggota keluarga.
·
Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
·
Penempatan anggota-anggota keluarga dalam
masyarakat yang lebih luas.
·
Membangkitkan dorongan dan semangat para
anggotanya.
2.3.3
Fungsi
Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:
·
Fungsi Pendidikan dilihat
dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan
kedewasaan dan masa depan anak.
·
Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari
bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
·
Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana
keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa
aman.
·
Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana
keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang
lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga.
Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam
keluarga.
·
Fungsi Agama dilihat
dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga
lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini
dan kehidupan lain setelah dunia.
·
Fungsi Ekonomi dilihat
dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan
sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
·
Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV
bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
·
Fungsi Biologis dilihat
dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.
·
Memberikan kasih sayang, perhatian, dan
rasa aman di antara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota
keluarga.
Keluarga adalah fondasi bagi perkembangan hidup manusia sehingga masalah
yang ada dalam keluarga akan sangat mempengaruhi kondisi dari masing-masing
anggota keluarga.
Banyak masalah yang muncul dalam kehidupan keluarga contohnya saja
masalah sosial dalam keluarga. Mulai dari perceraian. Perceraian orang
tua sangat berpengaruh pada kondisi mental anak. Mereka bisa saja tumbuh
menjadi pribadi yang menyendiri dan tidak mempercayai sebuah ikatan perkawinan.
Saat remaja mereka akan tumbuh tanpa bimbingan orang tua dan mencarinya di
tempat yang salah. Banyak kasus remaja yang terlibat narkoba atau perkelahian
antar pelajar adalah mereka yang berasal dari keluarga yang sudah tercerai
berai akibat perceraian.
Kesenjangan sosial antara pasangan bisa juga mempengaruhi keharmonisan
keluarga itu sendiri. Hal ini bisa disebabkan oleh gaya hidup atau budaya yang
berbeda dimana mereka dibesarkan. Bila dibiarkan saja maka masalahnya akan
menjadi lebih besar dan merusak keharmonisan dalam keluarga. Keluarga yang tidak
harmonis bisa berujung pada perceraian dan dapat dibayangkan bagaimana perasaan
kedua pihak yang berpisah apalagi bila mereka sudah memiliki keturunan.
Kasih sayang seharusnya menjadi landasan dalam kehidupan berkeluarga.
Saling menyayangi dan menghormati keinginan pasangan adalah jalan untuk memulai
hidup yang harmonis. Permasalahan yang ada hendaknya diselesaikan sejak dini
agar tidak membesar dan berujung pada hal yang sebenarnya tidak diinginkan oleh
siapapun juga terutama bagi anak dan pasangan itu sendiri.
2.5
Hal yang
menyimpang dalam kehidupan masyarakat yang menyebabkan konflik
antar anggota masyarakat
2.5.1 Proses Sosialisasi Yang Tidak Sempurna
Karena ketidakmampuan di
dalam menyerap norma-norma budaya ke dalam kepribadiannya, membuat seorang
idnividu tidak akan mampu untuk membedakan antara perilaku yang tidak pantas
maupun pantas dilakukan. Hal ini dikarenakan proses sosialisasi yang terjadi berjalan
tidak sempurna, dimana agen-agen sosialisasi yang ada tidak dapat menjalankan
peran serta fungsi nya dengan baik.
Misalnya saja individu
yang berasal dari kondisi keluarga broken home, yang mana kedua
orang tua tidak mendidikan anak dengan sempurna tentu saja membuat anak
tersebut tidak mengetahui kewajiban serta hak nya di dalam keluarga maupun
masyarakat. Hal ini lah yang menyebabkan perilaku yang terlihat pada anak
tersebut akan cenderung tidak mengenal sopan santun, disiplin, dan lainnya.
2.5.2 Kesenjangan
Sosial
Adanya perbedaan status
yang mana mengarah pada kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat, terutama
pada kaum kaya dengan kaum miskin yang terlihat mencolok akhirnya dapat
menimbulkan rasa iri serta dengki yang mana memicu terjadinya tindakan
pencurian, penghinaan, pembunuhan dan tindakan menyimpang lainnya.
2.5.3 Ketegangan
Antara Kebudayaan dan Struktur Sosial
Ketegangan yang terjadi
antara kebudayaan dan struktur sosial di masyarakat menyebabkan munculnya tindakan-tindakan
menyimpang. Hal ini dikarenakan dalam pencapaian tujuan seseorang tidak
mendapatkan peluang, sehingga dalam mencapai hal tersebut seseorang akan
mengupayakan peluang itu sendiri. Sehingga munculah perilaku-perilaku
menyimpang di masyarakat. Misalnya saja penguasa yang menindas rakyat secara
terus menerus menyebabkan rakyat akhirnya memberontak dan melawan penguasa
tersebut. Entah pemberontakan dilakukan terbuka ataupun tertutup, semua hal
tersebut dilakukan agar mencapai tujuan yang diinginkan meskipun caranya belum
tentu benar.
2.5.4 Nilai
dan Norma Terlalu Longgar
Seharunya pelaku
tindakan-tindakan menyimpang haruslah dibina dengan baik agar kembali pada
jalan benar sebelumnya. Namun beberapa lingkungan masyarakat malah
membiarkannya begitu saja, sehingga membuat faktor penyebab terjadinya
perilaku menyimpang terus saja terjadi. Hal ini mungkin dikarenakan
masyarakat tersebut terlalu sibuk dengan aktivitas dan rutinitas yang
dilakukannya setiap hari sehingga membuatnya terasa lelah untuk membina pelaku
tindakan menyimpang. Sehingga malah membuat tindakan-tindakan menyimpang
tersebut semakin merajalela.
2.5.5 Sikap
Mental
Sikap mental pada
individu akan sangat mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan
menyimpang. Sikap mental yang merasa tidak pernah malu melakukan sebuah
kesalahan akan menyebabkan seseorang akan terus berbuat menyimpang. Jika sikap
mentak tersebut dapat diarahkan ke dalam hal-hal yang positif maka tentu saja
dapat membuat individu tersebut menjadi pimpinan yang hebat.
2.5.6 Desakan Kebutuhan Ekonomi
Adanya desakan kebutuhan
ekonomi dapat memicu seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan menyimpang di
masyarakat. Keinginan untuk merasa serba kecukupan tanpa perlu bekerja susah
payah dapat membuat seseorang akhirnya mengambil jalan pintas seperti mencuri,
merampok, dan lainnya.
2.5.7 Labelling
Pemberian labelling
ataupun sebutan negatif yang ditujukan pada seseorang meskipun hanya dalam
sekali berbuat menyimpang akan memberikan dampak negatif. Dirinya akan merasa
terganggu dengan pemberian label barunya tersebut dan akhirnya akan cenderung
mengulangi perbuatan tersebut karena merasa sudah terlanjur. Misalnya saja saat
seseorang ketahuan mencuri sesuatu, maka dirinya akan dianggap pencuri pada
lingkungan masyarakatnya meskipun hanya sekali saja melakukan hal tersebut.
2.6 Hubungan antara Individu, Keluarga dan
Masyarakat
Hubungan antara individu keluarga dan masyarakat adalah kita sebagai
individu perlu berinteraksi atau bersosialisasi didalam kemasyarakatan. Karena
kita diciptakan untuk hidup saling membutuhkan dan tolong menolong antar sesama
individu baik dikeluarga maupun masyarakat. Kita dilahirkan sebagai individu,
kemudian kita dibesarkan dan dididik dikeluarga kita masing-masing, yaitu oleh
orangtua. Orangtua adalah orang-orang yang pertama kalinya mendidik dan
mengarahkan kita sebelum kita mengenal dunia luar. Dan didalam keluarga kita
bisa mengadakan interaksi-interaksi atau komunikasi-komunikasi, baik kepada
orangtua maupun kepada adik-adik atau kakak-kakak kita. Setelah itu kita
berinteraksi di masyarakat. Baik keluarga maupun masyarakat pastinya akan
memberikan dampak positf bahkan dampak negatif kepada kita, baik dalam aspek
pergaulan, pengetahuan, tingkah laku, kesopanan, dsb.
Individu, keluarga, dan masyarakat saling berkaitan satu dengan yang lainnya
.Aspek
individu, keluarga, dan masyarakat adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa
dipisahkan. Ketiganya mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Tidak akan pernah
ada keluarga, masyarakat maupun kebudayaan apabila tidak ada individu.
Sementara di pihak lain untuk mengembangkan eksistensinya sebagai manusia, maka
individu membutuhkan keluarga dan masyarakat, yaitu media di mana individu
dapat mengekspresikan aspek sosialnya. Di samping itu, individu juga
membutuhkan kebudayaan yakni wahana bagi individu untuk mengembangkan dan
mencapai potensinya sebagai manusia.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat
kita simpulkan bahwa individu, keluarga, dan masyarakat mempunyai hubungan yang
sangat erat.Karena, tidak akan pernah ada
keluarga, masyarakat apabila tidak ada individu. Di samping itu, melalui
keluarga pula individu bersentuhan dengan berbagai gejala sosial dalam rangka
mengembangkan kapasitasnya sebagai anggota keluarga. Sementara itu, masyarakat
merupakan lingkungan sosial individu yang lebih luas. Di dalam masyarakat,
individu mengejewantahkan apa-apa yang sudah dipelajari dari keluarganya.
3.2 SARAN
Dalam penyusunan makalah ini tentu terdapat berbagai
kekeliruan dan kekurangan sebagaimana fitrah kami sebagai manusia, tempat salah
dan lupa. Oleh karena itu, dengan setulus hati kami mengharapkan apresiasi
pembaca sekalian untuk menyampaikan saran dan kritik demi perbaikan di masa
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA