Segala Informasi, Teknologi, Toturial ada disini...

Tuesday 21 November 2017

Masalah Yang Terjadi Terhadap Individu





Banyak seseorang yang mempunyai masalah terhadap dirinya, bahkan suka bertanya tanya apa yang telah terjadi dengan dirinya karena suatu masalah yang tidak sanggup dihadapi dan akhirnya membuat diri seseorang menyendiri, bersedih, depresi bahkan hingga menyebabkan seseorang hilang kendali dan akhirnya merugikan diri sendiri hingga kematian. Berikut ini beberapa sikap individualis yang berbahaya.
Menjadi egois, mementingkan diri sendiri.
      Satu kata untuk orang yang sangat mempertahankan sifat individualistik dalam kehidupannya adalah mereka hanya peduli dengan dirinya sendiri. Dialah yang menjadi pusat dari segala sesuatu. Apapun yang dikatakan dan diperbuat olehnya semua demi keuntungan seorang diri saja. Mereka tidak lagi peduli dengan kebutuhan sesama bahkan memandang rendah kebutuhan itu (Hak asasi manusia) di atas semua keinginannya.
Suka bermanja ria.
     Sikap manja yang kami maksudkan disini adalah hasrat yang mengharapkan bahwa segala sesuatu yang terjadi harus sesuai dengan keinginanannya. Orang yang manja biasanya tidak mau memaksa/ menekan dirinya sendiri untuk meraih kemandiriaan bahkan kedewasaan. Kelak mereka baru tahu rasa ketika orang lain yang mendesak dan menekan mereka untuk menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.
Mendewakan kenyamanan.
     Lebih mengehendaki kenyamanan ketimbang manfaat dari semua hal yang dialami. Terlalu fokus pada kenyamanan dan sangat menuntut hal ini. Menuntut agar orang lain memperlakukannya dengan baik tetapi ia sendiri tidak pernah berlaku baik bagi sesama. Ia cenderung mengabaikan bahkan mengorbankan hal-hal yang sebetulnya bermanfaat semata-mata demi rasa nyaman.
 Kebaikan hati minus.
     Ia merasa sudah menjadi orang yang baik padahal belum berbuat apapun untuk orang lain bahkan keramahan saja tidak pernah diekspresikan dari dalam dirinya (senyumpun tidak). Mereka adalah tipe orang yang pelit sebab memiliki banyak tetapi tidak pernah sedikitpun dibagikan. Orang yang sederhana dan tidak punya apa-apa sehingga tidak bisa memberi kepada orang lain bukan berarti dia pelit. Tetapi setidaknya, kesopanan, kesantunan dan keramahannya keluar dengan tulus: bukankah ini termasuk pemberian juga?
Tidak mau (enggan) bergaul dengan orang-orang sekitar.
     Mereka tidak mau bergaul karena ingin cari aman dalam kehidupan ini. Sebab dimana ada hubungan sosial maka disana jugalah terdapat berbagai kekhilafan yang mengganggu kehidupannya. Bagi mereka bergaul dengan sesama mempertinggi/ meningkatkan resiko di bully, dihina, diejek orang lain.
Tidak peduli dengan keberadaan orang lain dan tidak peduli dengan perasaan orang lain.
     Para psikopat tidak mampu mengerti perasaan orang lain. Mereka akan bertindak sesuka hatinya sekalipun hal tersebut membuat sesamanya tersakiti. Bahkan bisa dikatakan bahwa kadang-kadang perkataan mereka yang keras mencerminkan perilaku “orang yang tidak punya perasaan.” Mereka lebih fokus pada dirinya sendiri dalam segala situasi bahkan bila perlu kepentingannya diatas segalanya dibandingkan dengan kebutuhan (hak) orang lain.
Memiliki sikap sombong.
     Biasanya orang yang hanya mengenal dirinya akan terjebak dalam sikap yang sombong. Mereka cenderung merasa diri paling dan paling dalam bidang-bidanya yang digeluti. Enggan menerima saran apalagi kritik dari orang lain dan kata-katanya selalu bertujuan untuk merendahkan sesama. Ia merasa nyaman dengan pujian karena itulah yang salama ini diinginkannya.
Merasa diri sudah dan paling benar terkesan perfeksionis.
     Selalu saja menuntut agar segala sesuatunya sempurna dan tidak mentolerir kekhilafan orang lain. Dia cenderung merasa bahwa apa yang dikerjakannya untuk sistem sudah benar. Enggan untuk menerima saran, dikoreksi apalagi dikritik oleh orang lain. Mudah sekali tidak setuju pada situasi hanya karena hal-hal sepele. Menganggap bahwa kesempurnaan adalah segalanya dan itu sudah ada di dalam dirinya, padahal hanya perasaannya saja.
Mudah terpancing emosi.
     Pergaulan yang jarang (rendah) membuatnya tidak mampu memahami perbedaan antara manusia. Tidak mampu memandang suatu keadaan dari sudut pandang positif (persepsi iman yang positif). Cenderung terburu-buru dalam mengambil sikap sehingga membuat seseorang kehilangan dirinya bahkan kemarahannya akan mencapai puncaknya.
Melakukan perbuatan menyimpang.
    Karena amarah yang meluap-luap dari dalam hatinya maka sikap yang salahpun akan dianggap sebagai sesuatu yang lumrah. Mereka akan bergerak dalam kebencian, dendam, amarah dan kekerasan. Sifat semacam inilah yang menjadi dasar penyimpangan yang dilakukannya. Karena menganggap diri paling benar maka ia cenderung membatasi diri untuk bergaul bahkan membenci pergaulan dengan orang lain (anti sosial).
 Enggan menyetujui ujian sosial.
     Tidak menyetujui gangguan kecil yang terjadi disekitarnya dan menganggap itu sebagai perbuatan yang melanggar hak-haknya secara pribadi. Orang ini tidak mengerti bahwa cobaan hidup akan membentuk kita menjadi pribadi yang lebih tangguh dan bebas dari segala busuk hati (pikiran negatif). Mereka begitu mendewakan kenyamanan sehingga bertindak lebay pada hal-hal yang sebenarnya recehan.
Kurang mampu bekerja sama.
     Ini adalah ciri khas dari sikap individualis. Saat seseorang hanya mengerti dirinya sendiri dan tidak paham dengan perasaan orang lain maka mereka akan cenderung melakukan hal-hal yang menyinggung perasaan sesama. Kebiasaannya yang enggan menerima saran dari orang lain membuatnya sulit diajak bekerja dalam kelompok karena sudah merasa melakukan hal yang benar. Padahal apa yang dikerjakannya semata-mata demi kepentingan pribadi dan bukan untuk kepentingan kelompok.
Menolak kesetaraan.
     Manusia yang lebih mementingkan urusannya sendiri sangat anti dengan kesetaraan. Ia merasa hebat sendiri dan berhak untuk diperlakukan sebagai oranga-orang hebat padahal apalah artinya seorang produsen tanpa konsumen? Misalnya anda sedang membuat kue, setelah masak langsung menjualnya. Lalu apakah kue-kue anda akan menghasilkan uang jikalau tidak ada konsumen? Demikian juga konsumen tidak akan merasakan kenyangnya perut setelah mengkonsumsi kue tersebut jikalau tidak ada produsen. Oleh karena itu, kesetaraan adalah mutlak dan orang yang mementingkan dirinya sendiri cenderung menolak paham ini dan ingin hidupnya lebih tinggi/ lebih hebat dari sesamanya.
Mempercepat kerusakan lingkungan.
     Sikap individualis yang cenderung mengehendaki segala sesuatu sebagai milik pribadi adalah awal dari kerusakan lingkungan. Sebab barang/ benda/ properti yang melibatkan banyak sumber daya dalam pembuatannya akan dimiliki secara pribadi. Coba bayangkan jikalau masing-masing manusia yang jumlahnya miliaran memiliki mobil, rumah dan fasilitas pribadi yang mewah lainnya. Bukankah ini akan menjadi awal dari eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Jika hal ini terus dibiarkan maka pemanasan global akan terus berlangsung yang diikuti oleh bencana demi bencana yang menyebabkan kerugian dan memakan korban jiwa.

Anggaplah kegagalan adalah pendorong
     Wiliam Boty mengatakan:“Yang terpenting di dunia ini bukanlah mengumpulkan keuntungan-keuntungan. Ini mudah saja. Yang penting apakah keuntungan dari kegagalan yang kita derita. Ini memerlukan kecerdasan dan disinilah letak perbedaan antara yang cerdas dan yang bodoh”. Setiap kegagalan yang menimpa seseorang maka mau tidak mau manusia itu dipaksa untuk berpikir. Tinggal kita mampu atau tidak menarik kemanfaatan dari gagalnya usaha kita itu. Orang-orang besar yang terkenal bukanlah tidak mengalami kegagalan. Tetapi mereka menjadi besar karena setiap saat jatuh bangun berkali-kali. Karena menganggap bahwa kegagalan itu sebuah pendorong maka secepatnyamereka bangkit dari jatuhnya lalu berlari mengejar waktu. Dan berprinsiplah bahwa kegagalan itu merupakan peristiwa yang memalukan. Hal ini bukanlah berarti bila gagal lantas malu kepada orang lain. Akan tetapi bila mengalami kegagalan malulah pada diri sendiri. Kalau sudah demikian tentu dalam hati kita niat untuk mendorong diri kita sendiri. “Aku harus berhasil. Akan kutunjukkan siapa diriku yang sebenarnya.” Bangkitkan perasaan keinginan diri untuk menjadi berhasil. Kalahkan semua rintangan. Kita harus percaya bahwa setiap persoalan itu pasti ada jalan keluarnya. Karena semua itu sudah menjadi hukum alam yang tidak boleh ditentang. Bila hari ini mengalami kegagalan pasti hari esok kita menjumpai keberhasilan, bila kita mau merubah posisi semula. “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,”
Bangkit dan mencoba lagi
    Apabila mengalami kegagalan, maka orang sering mengeluh, bahwa semua adalah nasib, semuanya adalah takdir dari Tuhan. Orang-orang seperti inilah yang dapat digolongkan dengan manusia yang berjiwa lemah. Mereka hanya bisa menyesal, dan penyesalan tak ada ujungnya sama sekali. Mereka mengeluh tapi tanpa usaha. Bukankah Allah telah berfirman bahwa Allah tak akan merubah nasib suatu kaum apabila kaum itu tidak mau merubah sendiri. Kegagalan tetap saja akan menghiasi hidup kita, apabila kita tetap meratapi nasib, tanpa melangkah untuk berusaha setapak pun. Oleh sebab itu hendaklah kita bersabar, berusaha, serta berdoa kepada-Nya. Selain itu, kita harus menanamkan tekad di dalam diri kita untuk bangkit dan mencoba terus mencoba lagi.
Berusahalah menekan kegagalan sekecil mungkin
     Apabila kita mau melakukan suatu rencana maka yang perlu kita perhatikan adalah harus membuat gagasan dahulu. Jika ternyata dengan gagasan itu kita masih tidak berhasil, maka rubahlah dengan cara yang lain. Jika masih gagal lagi, dan ternyata kita tidak mampu bertindak, jalan terbaik adalah meminta pertolongan orang lain.

0 comments:

Post a Comment